mungkin memang sudah dari sananya kalau seorang anak tidak bisa jauh-jauh dari ibunya. biarpun anak itu berusaha untuk sekali-sekali hidup terpisah dari orangtua dan mencoba untuk hidup mandiri di negeri orang. Apalagi anak perempuan yang sifat dari sananya sudah manja.
Aku, pada awalnya semangat sekali untuk mengemban ilmu di negri orang.
Aku pada awalnya tidak merasakan hal yang mereka bilang "homesick".
Tetapi, mungkin memang sudah menjadi naluri seorang anak kalau jauh dari Ibu pasti terbesit rasa rindu, walaupun sedikit. Ibuku menemaniku ke negri seberang ini. Dia dengan sabar menemaniku mengurus ini itu untuk keperluanku disini. Dia ikut kemanapun aku pergi sebelum pada akhirnya aku ditinggal sendiri disini.
Pada hari kelima, aku merasakan perasaan yang sangat tidak nyaman. Aku tidak mengerti apakah perasaan itu. Lalu aku melihat wajah ibuku. Semakin lama perasaan itu semakin kuat. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca. Rasanya aku tidak mau berpisah dengan Ibu! Hampir setiap hari aku menangis. Saat itulah aku merasakan yang namanya "homesick". Aku baru tahu kalau rasa "homesick" itu sangat tidak nyaman. Setiap malam aku menangis, padahal Ibuku belum kembali ke tanah air. Aku tidak menangis di depan Ibu, tentu saja aku akan malu kalau ketahuan menangis. Aku hanya menceritakan kesedihanku kepada seseorang, laki-laki tentunya.
Dia terus menyemangatiku dan menghiburku.
Pada hari kepulangan Ibuku ke Jakarta, aku sudah tidak tahan lagi. Akhirnya aku memeluk Ibu dan berkata "Ma, jangan pulang!". Aku tidak perduli apa pendapat ayah dan ibu ketika melihatku menangis. Ayahku merasa iba waktu melihatku memeluk Ibu sambil menangis, dan dia berkata kalau gadis seumur aku tidak pantas untuk menangis seperti itu. Ibuku tidak bertindak apa-apa sewaktu aku menangis. Dia hanya berkata untuk konsisten terhadap apa yang sudah aku pilih. Ya, memang benar kata Ibu. Aku yang menginginkan ini dan aku harus bertanggung jawab. Tapi sumpah, waktu itu aku tidak tahan! Rasanya aku ingin pulang saja.
Setelah puas menangis, aku merasa lega. Aku pasrah mengantar mereka ke Airport. Untungnya waktu itu aku tidak sendiri, ada saudaraku yang menemaniku. Tentu saja sebagai orangtua mereka memberikan nasihat-nasihat sebelum mereka memasuki "pintu selamat tinggal". Dan pada saat itulah aku merasa benar-benar sendiri di negri orang. I'm on my own now.
Dua bulan berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan kesendirianku dan aku mulai menikmati kesendirian ini. Tapi aku tidak benar-benar sendiri, tentu saja aku punya sahabat-sahabat yang bisa membuatku senang disini.
3 hari yang lalu, akhirnya Ibuku kembali mengunjungiku disini. Selama tiga hari itu aku menemani dia kemana saja dia pergi. Hari ini, ayah dan ibu harus kembali lagi ke Jakarta. Seperti biasa aku mengantar mereka ke Airport. Tidak seperti kemarin-kemarin, kali ini aku tidak merasakan sedih. Setelah mereka memelukku dan memasuki "pintu selamat tinggal", aku bergegas ke stasiun kereta untuk pulang. Sesampainya aku dirumah, aku langsung tertidur. Waktu aku terbangun, tanpa diundang perasaan sedih itu muncul lagi. Yah, selanjutnya ya seperti itu lagi. Menangis.
Ya, mungkin aku memang cengeng. Call me a crybaby or whatever!
Tapi sumpah, aku tidak mau perasaan ini datang. I was totally okay for the past 2 months. I had fun here, well, erase the college part :p
Mungkin ini memang naluri seorang anak kepada ibunya.
Iya kan? Don't you think so?
Aku, pada awalnya semangat sekali untuk mengemban ilmu di negri orang.
Aku pada awalnya tidak merasakan hal yang mereka bilang "homesick".
Tetapi, mungkin memang sudah menjadi naluri seorang anak kalau jauh dari Ibu pasti terbesit rasa rindu, walaupun sedikit. Ibuku menemaniku ke negri seberang ini. Dia dengan sabar menemaniku mengurus ini itu untuk keperluanku disini. Dia ikut kemanapun aku pergi sebelum pada akhirnya aku ditinggal sendiri disini.
Pada hari kelima, aku merasakan perasaan yang sangat tidak nyaman. Aku tidak mengerti apakah perasaan itu. Lalu aku melihat wajah ibuku. Semakin lama perasaan itu semakin kuat. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca. Rasanya aku tidak mau berpisah dengan Ibu! Hampir setiap hari aku menangis. Saat itulah aku merasakan yang namanya "homesick". Aku baru tahu kalau rasa "homesick" itu sangat tidak nyaman. Setiap malam aku menangis, padahal Ibuku belum kembali ke tanah air. Aku tidak menangis di depan Ibu, tentu saja aku akan malu kalau ketahuan menangis. Aku hanya menceritakan kesedihanku kepada seseorang, laki-laki tentunya.
Dia terus menyemangatiku dan menghiburku.
Pada hari kepulangan Ibuku ke Jakarta, aku sudah tidak tahan lagi. Akhirnya aku memeluk Ibu dan berkata "Ma, jangan pulang!". Aku tidak perduli apa pendapat ayah dan ibu ketika melihatku menangis. Ayahku merasa iba waktu melihatku memeluk Ibu sambil menangis, dan dia berkata kalau gadis seumur aku tidak pantas untuk menangis seperti itu. Ibuku tidak bertindak apa-apa sewaktu aku menangis. Dia hanya berkata untuk konsisten terhadap apa yang sudah aku pilih. Ya, memang benar kata Ibu. Aku yang menginginkan ini dan aku harus bertanggung jawab. Tapi sumpah, waktu itu aku tidak tahan! Rasanya aku ingin pulang saja.
Setelah puas menangis, aku merasa lega. Aku pasrah mengantar mereka ke Airport. Untungnya waktu itu aku tidak sendiri, ada saudaraku yang menemaniku. Tentu saja sebagai orangtua mereka memberikan nasihat-nasihat sebelum mereka memasuki "pintu selamat tinggal". Dan pada saat itulah aku merasa benar-benar sendiri di negri orang. I'm on my own now.
Dua bulan berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan kesendirianku dan aku mulai menikmati kesendirian ini. Tapi aku tidak benar-benar sendiri, tentu saja aku punya sahabat-sahabat yang bisa membuatku senang disini.
3 hari yang lalu, akhirnya Ibuku kembali mengunjungiku disini. Selama tiga hari itu aku menemani dia kemana saja dia pergi. Hari ini, ayah dan ibu harus kembali lagi ke Jakarta. Seperti biasa aku mengantar mereka ke Airport. Tidak seperti kemarin-kemarin, kali ini aku tidak merasakan sedih. Setelah mereka memelukku dan memasuki "pintu selamat tinggal", aku bergegas ke stasiun kereta untuk pulang. Sesampainya aku dirumah, aku langsung tertidur. Waktu aku terbangun, tanpa diundang perasaan sedih itu muncul lagi. Yah, selanjutnya ya seperti itu lagi. Menangis.
Ya, mungkin aku memang cengeng. Call me a crybaby or whatever!
Tapi sumpah, aku tidak mau perasaan ini datang. I was totally okay for the past 2 months. I had fun here, well, erase the college part :p
Mungkin ini memang naluri seorang anak kepada ibunya.
Iya kan? Don't you think so?
No comments:
Post a Comment